REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — PT Industri Kereta Api (Inka) (Persero) masih akan terus membidik peluang ekspor kereta. Setelah berhasil mengekspor kebutuhan kereta di Bangladesh dan Filipina, seanjutnya Inka akan membidik Afrika.
Direktur Utama Inka Budi Noviantoro mengatakan tengh mengincar kontrak yang bisa didapatkan dari acara Indonesia-Africa Infrastructure Forum Dialogue (IAID) di Bali pada 20-21 Agustus 2019. “Kata kuncinya mereka (Afrika) butuh untuk sarana angkutan kereta api. Tapi, mohon maaf ya, situasi negaranya tak mungkin beli tunai, beli putus kira-kira,” kata Budi di Gedung BUMN, Senin (20/8).
Budi menilai Afrika termasuk negara yang juga membutuhkan infrastruktur kereta api sebagai salah satu transportasinya. Untuk itu, Budi mengatakan akan bekerja sama dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) lain untuk mengatasi persoalan Afrika yang tidak membeli keretad dengan pembayaran tunai.
Dia mengatakam akan bekerja sama dengan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, PT Len Industri (Persero), Indonesia Eximbank, dan BUMN lainnya untuk mengatasi persoalan tersebut. “Tapi tidak menutup kemungkinan PT Timah masuk, tergantung situasi,” tutur Budi.
Budi memprediksi untuk masuk ke Afrika akan menggunakan skema build operate transfer (BOT). Dengan begitu, dia memastikan Inka tidak akan menjual barang ke Afrika namun dengan melakukan investasi.
Untuk mendapatkan peluang di Afrika, Budi menegaskan Inka akan membuat desain terlebih dahulu. Selanjutnya rencana pembangunan hingga pengadaan sarana, pengawasan operasi, dan pendanaan juga akan dibuat.
Dia menambahkan, salah satu negara di Afrika yaitu Angola sudah memerlihatkan ketertarikannya dengan transportasi kereta. “Angola intens ini Pak Dubesnya, dia ingin beli 10 kereta seperti kereta rel listrik (KRL) Jabodetebek. Satu rangkaian tiga kereta sebetulnya, ini nanti besok kita tidak lanjuti, termasuk minta bantu //setup workshop// dia yang baru tapi tidak operasi,” jelas Budi.